A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari, setiap orang berkomunikasi menggunakan bahasa. Bahasa yang menjadi penghubung antara seseorang dengan yang lain, satu kelompok dengan kelompok lain, satu daerah dengan daerah lain, satu negara dengan negara yang lain. Dalam menjalin hubungan tersebut, setiap anggota menerima kedatangan anggota lain secara terbuka. Interaksi inilah yang kemudian menghasilkan apa yang disebut dengan kontak bahasa.
![]() |
Sarah G Thomason |
B. Konsep kontak bahasa
Ada beberapa pendapat tentang pengertian kontak bahasa. Mackey (via Achmad & Abdullah, 2012: 179) mendefinisikan kontak bahasa sebagai pengaruh bahasa yang satu dengan bahasa yang lainnya, sehingga menimbulkan terjadinya perubahan bahasa pada orang yang ekabahasawan.
Matras (2009: 1) mengatakan “Language contact occurs when speakers of different languages interact and their languages influence each other. ”Kontak bahasa terjadi ketika pembicara atau penutur dari bahasa-bahasa yang berbeda berinteraksi dan bahasa tersebut mempengaruhi satu sama lain.
Jendra (2010: 67) mengatakan bahwa kontak bahasa adalah sebuah situasi sosiolinguistik dimana dua atau banyak bahasa, elemen-elemen bahasa yang berbeda, atau variasi dalam sebuah bahasa, digunakan secara bersamaan atau bercampur antara satu dengan yang lainnya. Atau dengan kata lain kontak bahasa adalah sebuah situasi ketika kosakata, suara, atau struktur dari dua atau banyak bahasa yang berbeda digunakan oleh bilinguals atau mulitilinguals.
Achmad dan Abdullah (2012: 179) menyatakan bahwa kontak bahasa cenderung pada gejala bahasa, sedangkan kedwibahasaan cenderung pada gejala tutur. Kedwibahasaan terjadi akibat adanya kontak bahasa. Kontak bahasa adalah pemakaian lebih dari satu bahasa di tempat dan pada waktu yang sama (Thomason via Suhardi, 2009: 39).
Jadi, kontak bahasa adalah suatu keadaan di mana adanya interaksi antara dua atau banyak bahasa yang berbeda latar belakang digunakan dalam satu situasi yang mengakibatkan suatu bahasa berpengaruh pada bahasa yang lain, dan memungkinkan terjadinya pergantian pemakaian bahasa oleh penutur sesuai konteks sosialnya.
C. Faktor Penyebab Kontak Bahasa
Thomason (2001: 17-21) menjelasakan ada beberapa faktor penyebab kontak bahasa:
1. Dua kelompok yang berpindah ke daerah yang tidak berpenghuni, kemudian mereka bertemu di sana
Dalam faktor ini kedua kelompok yang bertemu di suatu daerah yang tidak berpenghuni adalah warga non-pribumi. Tidak ada indikasi untuk menguasai atau menjajah daerah lain. Contoh kasus yang seperti ini sangat jarang terjadi pada era sekarang ini. Antartika, adalah sebuah contoh yang tepat untuk kasus ini. Di mana para ilmuan dari berbagi negara bertemu dan berinteraksi. Pertemuan dan interaksi tersebut mengakibatkan kontak bahasa.
2. Perpindahan satu kelompok ke daerah kelompok lain.
Perpindahan ini bisa dengan cara damai atau sebaliknya, namun kebanyakan tujuan dari adanya perpindahan ini adalah untuk menaklukan dan menguasai wilayah dari penghuni aslinya. Sebagai contoh, pada awalnya masyarakat Indian menerima kedatangan bangsa Eropa dengan ramah, begitu pun sebaliknya.Namun, bangsa Eropa kemudian berkeinginan untuk memiliki tanah Amerika, sehingga ketika jumlah mereka yang datang sudah cukup banyak, mereka mengadakan penaklukan terhadap warga pribumi.Peristiwa terjadinya kontak bahasa dalam hal ini, yaitu melalui adanya peperangan.
3. Hubungan budaya yang dekat antara sesama tetangga dalam waktu yang lama
Kontak bahasa dapat juga terjadi melalui proses hubungan budaya yang panjang. Dua kelompok yang berbeda bahasanya hidup berdampingan dan berinteraksi secara teratur tanpa kesulitan yang berarti.Misalnya, kelompok penutur bahasa Madura di sepanjang pantai utara Jawa Timur, sejak tiga abad yang lalu hidup bersama-sama dengan kelompok penutur bahasa Jawa.Begitu pula kelompok penutur bahasa Jawa dan kelompok penutur bahasa Sunda hidup bersama-sama di sepanjang atau di sekitar perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Barat.
4. Pendidikan “kontak belajar”
Di zaman modern ini, bahasa Inggris menjadi lingua franca dimana semua orang di seluruh dunia harus mempelajari bahasa Inggris jika mereka ingin belajar Fisika, mengerti percakapan dalam film-film Amerika, menerbangkan pesawat dengan penerbangan internasional, serta melakukan bisnis dengan orang Amerika maupun orang-orang asing lainnya. Bahasa Inggris juga menjadi lingua franca dalam komunikasi internasional melalui internet.Banyak orang yang menggunakan bahasa Inggris dengan tujuan ini, tidak berkesempatan (dan kadang bahkan tidak berkeinginan) untuk praktek berbicara dengan penutur asli bahasa Inggris.
D. Akibat Kontak Bahasa
Chaer dan Agustina (2010: 84) berpendapat ada beberapa peristiwa kebahasaan yang mungkin terjadi sebagai akibat adanya kontak bahasa, yaitu peristiwa bilingualisme, diglosia, alih kode, campur kode, interferensi, integrasi, konvergensi, pergeseran bahasa, pidgin, dan creol. Berikut kita satu-persatu peristiwa tersebut.
1. Bilingualisme
Spolsky (via Suhardi, 2009:45) menyebutkan bahwa bilingualisme ialah ketika seseorang telah menguasai bahasa pertama dan bahasa keduanya. Sedangkan, Chaer (2007:65-66) menyampaikan beberapa pendapat ahli sebagai berikut.
• Blomfield (1995) mengartikan bilingual sebagai penguasaan yang sama baiknya oleh seseorang terhadap dua bahasa.
• Weinrich (1968) menyebutkan bahwa bilingual merupakan pemakaian dua bahasa oleh seseorang secara bergantian
Dengan demikian, bilingualisme merupakan penguasaan seseorang terhadap dua bahasa atau lebih (bukan bahasa ibu) dengan sama baiknya dan terjadi pada penutur yang telah menguasai B1 (bahasa pertama) serta mampu berkomunikasi dengan B2 (bahasa kedua) secara bergantian seperti yang terjadi di Malaysia.
2. Word-Borrowing
Jendra (2010: 81) membedakan word-borrowing dengan alih kode dan campur kode sebagai berikut:
• Alih kode dan campur kode pada level percakapan atau berbicara (individual), sedangkan word-borrowing ada pada level bahasa (community).
• Dalam alih kode dan campur kode, hal asingnya berupa kalimat, klausa, atau frasa, sedangkan pada borrowing hal asingnya berupa kata.
• Dalam bilingual, word-borrowing dapat berubah atau beradaptasi dengan hal asing tersebut, sedangkan ada alih kode tidak terdapat adaptasi terhadap hal asing.
Contoh (Jendra, 2010: 83):”Saya tadi lihat handphonemu di meja.”Pada contoh tersebut, kata bahasa Inggris handphone dipinjam ke dalam ucapan bahasa Indonesia.
3. Diglosia
Ferguson (melalui Chaer dan Agustina, 2010: 92) menggunakan istilah diglosia untuk menyatakan keadaan suatu masyarakat dimana terdapat dua variasi dari satu bahasa yang hidup berdampingan dan masing-masing mempunyai peranan tertentu ada ragam tinggi dan ragam rendah. Contoh: Bahasa Jawa terdapat bahasa Jawa Ngoko, Madya, dan Kromo.
4. Alih kode
Apple (melalui Chaer dan Agustina, 2010: 107-108) mendefinisikan alih kode itu sebagai gejala peralihan pemakaian bahasa karena berubah situasi. Berbeda dengan Apple yang menyatakan alihkode itu antarbahasa, maka Hymes (1875:103) menyatakan alih kode itu bukan hanya terjadi antarbahasa, tetapi dapat juga terjadi antar ragam-ragam atau gaya-gaya yang terdapat dalam suatu bahasa.Chaer (2007: 67) mendefinisikan alih kode adalah beralihnya penggunaan suatu kode (entah bahasa atau pun ragam bahasa tertentu) ke dalam kode yang lain (bahasa atau ragam bahasa lain). Contoh:
• ketika penutur A dan B sedang bercakap-cakap dengan menggunakan bahasa Sunda kemudian datang C yang tidak mengerti bahasa Sunda maka A dan B beralih kode dalam bahasa Indonesia yang juga dimengerti oleh C.
Alih kode dapat juga terjadi karena sebab-sebab lain. Misalnya karena perubahan situasi, atau topik pembicaraan. Contoh (Kentjono via Chaer, 2007: 68):
S: Apakah Bapak sudah jadi membuat lampiran untuk surat?
M: O, ya sudah. Inilah!
S: Terima kasih
M: Surat itu berisi permintaan borongan untuk memperbaiki kantor sebelah. Saya sudah kenal dia. Orangnya baik, banyak relasi, dan tidak banyak mencari untung.Lha saiki yen usahane pengin maju kudu wani ngono (sekarang, jika usaha ingin maju harus berani bertindak demikian)
S: Pancen ngaten, Pak! (memang begitu, Pak)
M: Pancen ngaten priye? (memang begitu, bagaimana?
S: Tegesipun, mbok modalipun angenga kados menapa, menawi (maksudnya, betapa pun besarnya modal, kalau …)
M: Menawa ora akeh hubungane lan olehe mbathi kakehan, usahane ora bakal dadi. Ngono karepmu? (kalau tidak banyak hubungan dan terlalu banyak mengambil untung, usahanya tidak akan jadi. Begitu maksudmu?)
S: Lha, inggih, ngaten ! (memang begitu, bukan?)
M: O ya, apa surat untuk Jakarta sudah jadi dikirim kemarin?
S: Sudah Pak. Bersama surat Pak Ridwan dengan kilat khusus.
5. Campur kode
Nababan (via Darojah, 2013) menjelaskan bahwa campur kode adalah suatu keadaan berbahasa dimana orang mencampur dua (atau lebih) bahasa atau ragam bahasa dalam suatu tindak tutur. Dalam campur kode penutur menyelipkan unsur-unsur bahasa lain ketika sedang memakai bahasa tertentu. Sebagai contoh si A berbahasa Indonesia. Kemudian ia berkata “sistem operasi komputer ini sangat lambat”. Lebih lanjut, Sumarsono (2004:202) menjelaskan kata-kata yang sudah mengalami proses adaptasi dalam suatu bahasa bukan lagi kata-kata yang mengalami gejala interfensi, bukan pula alih kode, apalagi campur kode. Dalam campur kode penutur secara sadar atau sengaja menggunakan unsur bahasa lain ketika sedang berbicara. Oleh karena itu, dalam bahasa tulisan, biasanya unsur-unsur tersebut ditunjukkan dengan menggunakan garis bawah atau cetak miring sebagai penjelasan bahwa si penulis menggunakannya secara sadar. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa campur kode merupakan penggunaan dua bahasa dalam satu kalimat atau tindak tutur secara sadar.
6. Interferensi
Interferensi adalah penyimpangan norma bahasa masing-masing yang terjadi di dalam tuturan dwibahasawan (bilingualisme) sebagai akibat dari pengenalan lebih dari satu bahasa dan kontak bahasa itu sendiri. Interferensi meliputi interferensi fonologi, morfologi, leksikal, dan sintaksis. Contoh:
(Hal ini terinterferensi bahasa Indonesia oleh bahasa Jawa)
Interferensi fonologi pada kata Bantul mBantul
Interferensi morfologi pada kata terpukul kepukul.
(Bahasa Indonesia terinterferensi bahasa Sunda)
Interferensi sintaksis pada kalimat
di sini toko laris yang mahal sendiritoko laris adalah toko yang paling mahal di sini.
Interferensi leksikon pada kata kamanah kemana
7. Integrasi
Integrasi merupakan bahasa dengan unsur-unsur pinjaman dari bahasa asing dipakai dan dianggap bukan sebagai unsur pinjaman, biasanya unsur pinjaman diterima dan dipakai masyarakat setelah terjadi penyesuaian tata bunyi atau tata kata dan melalui proses yang cukup lama. Contoh police dari bahasa Inggris yang telah diintegrasikan oleh masyarakat Malaysia menjadi polis, kata research juga telah diintegrasikan menjadi riset.
8. Konvergensi
Secara singkat Chaer dan Agustina (2010: 130) menyatakan bahwa ketika sebuah kata sudah ada pada tingkat integrasi, maka artinya kata serapan itu sudah disetujui dan dikonversikan ke bahasa yang baru.Karena itu proses yang terjadi dalam integrasi ini lazim disebut dengan konvergensi. Contoh berikut proses konvergensi bahasa indonesia dan sebelah kanan bentuk aslinya.
Klonyo eau de cologne sirsak zuursak
Sopir chauffeur
9. Pergesesan bahasa
Pergeseran bahasa (language shift) menyangkut masalah penggunaan bahasa oleh seorang penutur atau sekelompok penutur yang bisa terjadi sebagai akibat perpindahan dari satu masyarakat tutur ke masyarakat tutur lain (Chaer dan Agustina, 2010: 142). Kalau seorang atau sekelompok orang penutur pindah ketempat lain yang menggunakan bahasa lain, dan bercampur dengan mereka maka akan terjadi pergeseran bahasa. Salah satu kelompok masyarakat tidak lagi memakai bahasa pertamanya dan bergeser atau berpidah ke bahasa kedua yang lebih dominan (Suhardi, 2009: 52).
10. Pidgin dan Creol
Thomason (2001:157) juga menambahkan bahwa pidjin dan kreol adalah akibat kontak bahasa. Pidjin dan kreol muncul dalam konteks dimana orang-orang dari latar belakang linguistik yang berbeda perlu mengadakan pembicaraan secara teratur,dan inilah yang menjadi asal muasal lingua franca.
Pidjin adalah sebuah bahasa yang tidak memiliki penutur asli, juga bukan dari bahasa pertama seseorang, melainkan sebuah kontak bahasa (Wardhaugh, 1986: 57). Pidgin juga merupakan sebuah bahasa yang muncul sebagai hasil interaksi antara dua kelompok yang berbicara dengan bahasa yang berbeda dan tidak mengerti apa yang dibicarakan satu sama lain, sehingga mereka menggunakan apa yang dinamakan dengan pidgin ini untuk berkomunikasi. Misalnya, pedagang asongan di kawasan Tanah Lot bertutur dengan wisatawan asing dalam bahasa Inggris pidgin. Bahasa Inggris digunakan sebagai dasar dan lafalnya disesuaikan dengan lidah Indonesia, contohnya:
peri cip (very cheap) = sangat murah
paip (five) = lima
masas (massage) = pesan
tosen (thousand) = seribu
Berbeda dengan pidjin, Wardhaugh (1986: 58) mendefinisikan kreol sebagai sebuah bahasa yang memiliki penutur asli, tetapi tidak memiliki standar kebahasaan seperti pidjin.Kreol adalah bahasa yang terbentuk jika suatu sistem komunikasi yang pada awalnya merupakan bahasa pidgin kemudian menjadi bahasa ibu suatu masyarakat.Semua bahasa yang disebut pidgin pada kenyataannya sekarang ini menjadi bahasa kreol baru.Contoh, Bahasa Melayu Pasar yang dipengaruhi kontak antara pedagang Melayu dan Cina, bahasa ini dahulunya tergolong ke dalam bahasa pidgin dan mengalami proses kreolisasi :
Rumah-ku Saya punya rumah
Saya pukul dia Saya kasi pukul dia
Referensi:
Abdullah, A. (2012). Linguistik Umum. Jakarta: Erlangga.
Chaer A. dan Agustina L. (2010). Sosiolinguistik; Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta.
Chaer, A. (2007). Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Jendra, M. I. (2010). Sociolinguistics. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Matras, Y. (2009). Language Contact. Cambridge: Cambridge University Press.
Suhardi, Basuki. 2009. Pedoman Penelitian Sosiolinguistik. Jakarta: Pusat Bahasa
Thomason, S. (2001). Language Contact. Edinburgh : University of Edinburgh.
Wardhaugh, R. (1986). An Intoduction to Sociolinguistics. Cambridge: Basil Blackwell