Analisis Wacana Kritis terhadap Wacana Stand Up Comedy Gamayel pada Acara Stand Up Comedy Indonesia (SUCI) 6 Kompas Tv
Abstrak
Analisis wacana kritis merupakan sebuah pendekatan yang melihat wacana di luar wacana tersebut, melihat dari konteks yang mempengaruhi sebuah wacana. Tulisan ini adalah sebuah kajian wacana kritis terhadap wacana yang disampaikan oleh Gamayel pada acara Stand up comedy Indonesia (SUCI 6). Metode yang digunakan dalam menganalisis adalah dekstriptif kualitatif dengan pendekatan analisis wacana kritis Norman Fairclough. Teknik analisis data yang digunakan adalah padan, padan referensial dengan cara ubah wujud. Hasil kajian menunjukkan bahwa dari beberapa wacana yang disampaikan oleh Gamayel bukan hanya sekedar wacana humor semata, namun wacananya sangat luas, berkaitan dengan wacana hukum, wacana pendidikan, dan wacana sosial. Wacana yang disampaikan Gamayel juga terdapat karakteristik wacana kritis, seperti tindakan (action), konteks, historis, dan kekuasaan (kekuatan).
Kata kunci: analisis wacana kritis, stand up comedy, SUCI 6
I. Pendahuluan
A. Latarbelakang Masalah
Di Indonesia terdapat banyak sekali jenis hiburan televisi yang ditampilkan, salah satu yang menarik untuk dinikmati adalah acara komedi atau humor. Acara komedi selain acara yang dapat menghibur penontonnya juga dari segi tujuannya yang kadang memberikan kesempatan untuk penikmatnya berpikir dan berkritis. Di satu sisi sebagai hiburan yang menarik, bahasa yang digunakan juga terbilang kreatif dengan berbagi ragam dalam menyampaikan humornya.
Salah satu acara komedi yang sedang tenar saat ini, khususnya di Indonesia adalah stand up comedy. Acara stand up comedy muncul sebagai kritikan juga terhadap acara-acara televisi, khususnya komedi, di Indonesia yang dianggap sudah tidak menghibur dan tidak lucu lagi. Selain itu juga, acara ini mampu memberikan pemikiran dengan memunculkan berbagai kritik terhadap fenomena sosial, politik, dan lain-lain yang sedang terjadi di Indonesia.
Stand up comedy merupakan sebuah acara komedi yang menyajikan sebuah lawakan seorang diri di depan penonton. Pada acara stand up comedy, komik (pelaku stand up comedy) melakukan stand up atau performa di hadapan audience dengan berbagai tema, mulai dari tema sosial, hukum, pendidikan, dan kehidupan sehari hari. Hal yang membuat stand up comedy berbeda dengan acara komedi lainnya adalah penggunaan bahasa verbal sangat terlihat jelas oleh para komik. Penyampaian materi terlebih dahulu melalui tahap observasi terhadap fenomena dan kemudian memberi kritik dan saran. Materi juga bisa berupa hasil pengalaman sendiri, dan aspirasinya terhadap kehidupan sekitar. Isi materi yang disampaikan juga terkadang berupa sindiran, kritikan dan saran terhadap pemerintah, kehidupan sosial, ekonomi, maupun hal lain yang dianggap menyimpang dari norma yang sebenarnya menurut para komikanya.
Dari sekian banyak acara stand up comedy di televisi saat ini, penulis memilih acara stand up comedy yang ditayangkan oleh Kompas Tv yang bernama Stand up comedy Indonesia (SUCI). Acara SUCI ini adalah sebuah kompetisi atau ajang pencarian bakat stand up comedy yang diadakan beberapa kali oleh Kompas Tv. Kini adalah kali ke 6 diadakannya acara SUCI dan dikenal dengan istilah SUCI 6. Acara SUCI 6 ini terdiri dari 18 peserta, para peserta terlebih dahulu mengikuti audisi di daerah masing-masing, dan 18 peserta yang berhasil menang melalui seleksi juri dibawa ke babak utama yang berlangsung di Jakarta. Salah satu dari peserta SUCI 6 adalah Gamayel atau biasa dikenal dengan Mr. Gamayel. Beliau adalah seorang polisi yang berasal dari Balikpapan. Peserta polisi ini menjadi alasan penulis mengapa memilih untuk menganalisa wacana yang digunakan, karena dia akan menyampaikan materi dari perspektif yang berbeda dengan peserta lain yang notabenenya adalah mahasiswa.
Dalam kesempatan ini, penulis menganalisis bahasa yang digunakan oleh salah satu peserta SUCI 6 yang bernama Gamayel, seorang peserta dari kepolisian. Wacana yang dibuat oleh Gamayel akan dianalisa secara kritis (AWK). Analisis wacana kritis berkaitan dengan wacana stand up comedy Gamayel yang berkaitan dengan karakter analisis wacana kritis dan juga mengklasifikasikan ujaran yang berkaitan dengan wacana politik, wacana sosial, wacana pendidikan, wacana kebudayaan, dan wacana ekonomi.
B. Permasalahan
Permasalah yang diangkat dalam makalah ini berkaitan dengan wacana humor stand up comedy Gamayel pada SUCI 6 Kompas Tv dibatasi pada.
1. Bagaimana karakteristik analisis wacana kritis dalam wacana stand up comedy oleh Gamayel pada acara SUCI 6 Kompas Tv? Karakteristik ini dilihat dari tindakan, konteks, historis, dan kekuasaan atau kekuatan.
2. Bagaimana klasifikasi wacana berdasarkan isi materi yang disampaikan oleh Gamayel dalam acara SUCI 6 Kompas Tv? Pengklasifikasian ini dilihat dari ujaran yang diucapkan oleh Gamayel yang berkaitan dengan konteks ujaran tersebut. Seperti ujaran wacana wacana pendidikan, wacana sosial, dan wacana hukum.
C. Tujuan
Tulisan ini bertujuan untuk melihat penggunaan bahasa oleh Gamayel pada acara SUCI 6 Kompas Tv dilihat dari sudut pandang analisis wacana kritis.
1. Mendeskripsikan karakteristik analisis wacana kritis (AWK) – tindakan, konteks, historis, dan kekuasaan - yang terdapat pada wacana yang disampaikan oleh Gamayel dalam acara SUCI 6 Kompas TV.
2. Mengklasifikasikan wacana yang digunakan oleh Gamayel pada salah satu penampilannya ke dalam beberapa jenis wacana. (wacana pendidikan, sosial, dan hukum).
II. Daftar Teoritis
Ada beberapa istilah yang akan dijelaskan dalam daftar teoritis ini. Di antaranya adalah Stand up comedy, Stand Up Comedy Indonesia 6 (SUCI 6), Analisis Wacana, dan Analisis Wacana Kritis (AWK).
A. Stand up comedy
Papana (2012:45), seorang ahli stand up comedy di Indonesia, mengartikan Stand up comedy sebagai sebuah bentuk pertunjukan seni komedi. Biasanya, seorang komedian tampil di depan para penonton dan berbicara langsung kepada mereka. Suatu seni pertunjukan yang dimaksudkan untuk langsung memancing tawa dari penonton. Para penampil ini biasanya disebut sebagai Comic, Stand Up Comic, Stand Up Comedian, atau hanya Stand Up saja.
Malmberg (dalam Sjobohm, 2008: 4-5) dalam essaynya yang berjudul “sta upp!: Bken om stand-up comedy” menyebutkan beberapa karakteristik stand up comedy, di antaranya adalah:
1. Funny,
2. One performance,
3. Stand up,
4. Talk directly to audience,
5. Oneself neither using character’s costume,
6. Stand shall not be props,
7. Shall not use written script.
Para comic ini biasanya memberikan beragam cerita humor, lelucon pendek atau kritik-kritik berupa sindiran terhadap sesuatu hal yang sifatnya cenderung umum dengan berbagai macam sajian gerakan dan gaya. seorang comic seharusnya memiliki konsep atau materi sebagai bahan lelucon. Dan tak mustahil jika terdapat lelucon yang berbau cabul, rasis, dan vulgar di Stand up comedy. Mereka membuat script dan catatan kecil dalam rangka untuk mempermudah mereka dalam berkomedi. Beberapa comic bahkan menggunakan alat peraga untuk meningkatkan performa mereka di atas panggung.
B. Stand up comedy Indonesia (SUCI) Kompas Tv
Stand up comedy Indonesia (SUCI) adalah ajang kompetisi lawakan tunggal atau stand up comedy yang diikuti oleh pelawak tunggal berbakat melalui hasil seleksi dari seluruh wilayah di Indonesia yang diselenggarakan oleh Kompas TV. Berbeda dengan Stand up comedy Show yang ditayangkan oleh Metro TV yang berformat entertainment show. Acara kompetisi ini merupakan kompetisi stand up comedy pertama di Indonesia, serta memiliki tagline "Let's Make Laugh!".
Ide acara ini muncul seiring dengan mulai populernya stand up comedy di Indonesia di tahun 2010. Pandji Pragiwaksono dan Raditya Dika, pesohor yang merupakan pelopor dalam pengenalan stand up comedy di Indonesia sepakat untuk membuat satu program kompetisi stand up comedy di salah satu stasiun TV swasta. Hal ini dikarenakan belum banyak TV yang menayangkan stand up comedy secara live. Maka dari itu, Pandji, Raditya Dika, Indro Warkop beserta Indra Yudhistira, salah satu produser dan sutradara program komedi di Kompas TV bersama membuat acara stand up comedy bertema kompetisi pertama di Indonesia.
Acara SUCI di Kompas Tv sudah diadakan sebanyak 6 kali, yang juga dikenal dengan SUCI 6. Dari SUCI 6 ada satu yang sangat menarik dan tidak biasa, salah satu pesertanya adalah seorang anggota kepolisian Indonesia. Hal inilah yang menjadi alasan mengapa penulis memilih acara SUCI 6 dan mengambil peserta polisi untuk menjadikan wacananya sebagai bahan kajian.
C. Analisis Wacana
Sebelum mengetahui arti analisis wacana, kita perlu mengetahui arti wacana itu sendiri. Istilah wacana di Indonesia muncul sekitar tahun 1970-an sebagai terjemahan dari istilah discourse (Inggris) (Djajasudarma, 1994: 1). Schiffrin (1994: 20) membagi definisi wacana dengan dua cara; pertama, wacana sebagai sebuah unit bahasa khusus (di atas kalimat), dan kedua wacana sebagai sebuah fokus khusus, fokus khusus yang dimaksud di sini berhubungan dengan konteks bahasa yang digunakan. Pembagian dua definisi wacana ini didasarkan pada hakikat bahasa berdasarkan paradigma formalis dan struktualis. Paham struktualis memandang bahasa dari segi struktur bahasa itu sendiri, sedangakan paham formalis melihat bahasa dari segi fungsinya. Jadi, wacana selain sebagai satuan tingkat bahasa tertinggi setelah kalimat, wacana juga bahasa yang berkaitan dengan konteks bahasa tersebut diproduksi.
Analisis wacana adalah sebuah kajian tentang wacana. Stubbs (1983:1) mengatakan bahwa analisis wacana merupakan suatau kajian yang meneliti dan menganalisis bahasa yang digunakan secara alamiah, baik lisan maupun tulis, misalnya pemakaian bahasa dalam komunikasi sehari-hari. Dia juga menjelaskan bahwa analisis wacana menekankan kajiannya pada penggunaan bahasa dalam kontes sosial,
Jones (2012: 2) menambahkan arti analisis wacana sebagai bahwa “discourse analysis is the study of the way sentences and utterances are put together to make text and how those texts and interactions fit into our social world. The discourse analysis is not just the study of language, it is a way of looking at language that focuses on how people use it in real life to do things such as a joke and argue and persuade and flirt, and to show that they are certain kinds of people or belong to certain groups”.
Menurut Jones analisis wacana adalah sebuah analisis terhadap bahasa berkaitan dengan kehidupan sosial. Dia juga menambahkan analisis wacana bukan hanya menganalisis bahasa saja, melainkan menganalisa penggunaan dan tujuan bahasa (ujaran) sesuai dengan konteksnya.
D. Analisis Wacana Kritis (AWK)
Van Dijk (2001:352) menyatakan bahwa “Critical discourse analysis (CDA) is a type of discourse analytical research that primarily studies the way social power abuse, dominance, and inequality are enacted, reproduced, and resisted by text and talk in the social and political context”. Jadi AWK adalah suatu jenis penelitian analisis wacana yang menitikberatkan pada kajian bagaimana penyalahgunaan kekuasaan, dominasi, dan ketidaksetaraan yang dbuat, diproduksi, dan ditolak melalui teks atau lisan di dalam konteks sosial dan politik.
Darma (2009:54) berpendapat bahwa analisis wacana kritis berwawasan dan berfungsi membentuk pengetahuan dalam konteks yang spesifik. AWK juga menghasilkan interprestasi dengan memandang efek kekuasaan dan wacana-wacana kritis tanpa menggeneralisasikan pada konteks lain. Selain itu AWK dapat digunakan untuk mengkritik. AWK dalam konteks sehari-hari digunakan untuk membangun kekuasaan, ilmu pengetahuan baru, regulasi dan normalisasi. Juga AWK diasosiasikan, dipertahankan, dikembangkan, dan ditransformasikan dalam kehidupan sosial, ekonomi, politik, dan konteks sejarah yang spesifik.
Tujuan utama analisis wacana kritis adalah menyingkap keburaman dalam wacana yang berkontribusi pada penghasilan hubungan yang tidak imbang antar peserta wacana. Sebuah teks, menurut Van Dijk (1997: 9), tidak ubahnya gunung es di pemukaan laut sehingga penganalisis wacana kritis bertanggung jawab untuk menyingkap makna-makna yang tersembunyi dalam teks.
Fauzan (2014: 3) menyatakan bahwa analisis wacana kritis sendiri memiliki karakteristik penting yang dipaparkan oleh beberapa ahli wacana Van Dick (1997), Fairclough (1989, 1998), Fairclough dan Wadok (1997), dan Eriyanto (2001).
1. Tindakan
Karakter penting pertama dalam analisis wacana kritis yaitu wacana dipahami sebagai tindakan. Dengan pemahaman ini, wacana disosialisasikan sebagai bentuk interaksi. Ketika seseorang berbicara, maka dia menggunakan bahasa untuk tujuan berinteraksi dengan orang lain melalui komunikasi bahasa verbal. Dia berbicara bisa jadi untuk meminta atau memberi informasi, melarang seseorang untuk tidak melakukan sesuatu, mempengaruhi orang lain agar mengikuti jalan pikirannya, membujuk seseorang untuk menyetujui dan melaksanakan apa yang menjadi keinginannya, dan sebagainya. Ketika seseorang menulis, dia juga sedang berusaha berinteraksi dengan orang lain melalui bahasa tulisan. Seorang manajer menulis surat teguran kepada bawahannya dengan tujuan agar bawahannya tidak mengulangi perbuatan atau kesalahan yang sama seperti yang sudah dilakukan. Dari beberapa contoh tersebut dapat diketahui bahwa baik melalui bahasa lisan maupun tulisan, ada pesan yang ingin disampaikan. Pesan yang berlaku searah antara pembawa pesan dengan penerima pesan semata.
2. Konteks
Salah satu karakteristik yang sangat penting dari analisis wacana kritis adalah pelibatan konteks dalam melihat penggunaan bahasa. Eriyanto (2001:8) berpendapat analisis wacana kritis mempertimbangkan konteks wacana seperti latar, situasi, peristiwa, dan kondisi. Wacana dalam hal ini diproduksi, dimengerti, dan dianalisis pada suatu konteks tertentu. Analisis wacana kritis melibatkan konteks dalam lingkup latar, situasi, historis, kekuasaan, dan ideologi.
3. Historis
Eriyanto (2001:9) menyebut bahwa salah satu aspek yang penting untuk bisa mengerti suatu teks ialah dengan menempatkan wacana tersebut dalam konteks historis tertentu. Eriyanto memberi contoh melakukan analisis wacana teks selebaran mahasiswa yang menentang Suharto. Pemahaman mengenai wacana teks tersebut hanya dapat diperoleh apabila kita dapat memberikan konteks historis di mana teks tersebut dibuat, misalnya: situasi sosial politik, suasana pada saat itu.
4. Kekuasaan
Konteks kekuasaan menjadi salah satu ciri pembeda utama antara analisis wacana dengan analisis wacana kritis. Menurut Eriyanto (2001:9) setiap wacana yang muncul dalam bentuk teks, percakapan atau apa pun, tidak dipandang sebagai sesuatu yang alamiah, wajar, dan netral, tetapi merupakan bentuk pertarungan kekuasaan. Wacana memandang kekuasaan ialah sebagai suatu kontrol. Eriyanto (2001:12) berpendapat bahwa seseorang atau suatu kelompok tertentu mengontrol orang lain atau kelompok lain melalui wacana. Kontrol dalam konteks ini tidak selalu harus dalam bentuk fisik secara langsung, namun juga kontrol yang dilakukan secara mental atau praktis. Kelompok yang dominan mungkin membuat kelompok lain bertindak sesuai dengan apa yang diinginkannya. Kontrol ini bisa terjadi karena mereka lebih memiliki akses dibandingkan dengan kelompok yang tidak dominan.
5. Ideologi
Analisis wacana kritis meneropong ideologi yang tersembunyi dalam penggunaan bahasa. Ideologi merupakan kajian sentral dalam analisis wacana kritis. Hal ini menurut Eriyanto (2001:13) karena teks, percakapan, dan lainnya adalah bentuk dari praktik ideologi atau pencerminan dari ideologi tertentu. Teori-teori klasik menyatakan bahwa ideologi dibangun oleh kelompok yang dominan dengan tujuan untuk mereproduksi dan melegitimasi dominasi mereka. Salah satu strategi utamanya ialah dengan membuat kesadaran kepada khalayak bahwa dominasi itu diterima secara taken for granted.
III. Metode
Metode yang digunakan dalam analisis ini adalah deskriptif kualitatif dengan pendekatan analisis wacana kritis. Analisis wacana kritis berkaitan dengan karakteristik AWK yang telah dipaparkan oleh beberapa ahli seperti Van Dijk, Fairclough, Wadok dan Eriyanto. Selain itu juga AWK digunakan untuk melihat konteks penggunaan bahasa pada wacana dan mengklasifikasikannya kepada berbagai jenis wacana yang dibagi berdasarkan isi materinya (Mulyana, 2005: 56-62)
Teknik yang digunakan dalam menentukan karakteristik AWK dalam wacana yang disampaikan oleh Gamayel dalam acara SUCI 6 Kompas Tv adalah padan. Padan yang digunakan yaitu padan referensial yaitu alat penentunya ialah kenyataan yang ditunjuk oleh bahasa. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik ubah wujud. Data yang berupa wacana lisan diubah menjadi wacana tulis kemudian untuk memperjelas dibuat parafrase.
Pendekatan yang digunakan dalam kajian ini adalah analisis wacana kritis menurut Norman Fairclough. Fairclough melihat pemakaian bahasa tutur dan tulisan sebagai praktik sosial. Praktik sosial dalam analisis wacana dipandang menyebabkan hubungan yang saling berkaitan antara struktur sosial dan proses produksi wacana. Dalam memahami wacana (naskah/teks) kita tak dapat melepaskan dari konteksnya. Untuk menemukan ”realitas” di balik teks diperlukan penelusuran atas konteks produksi teks, konsumsi teks, dan aspek sosial budaya yang mempengaruhi pembuatan teks. Fairclough (1989:22-23) berpendapat ada dialektik antara sosial dan wacana. Wacana mempengaruhi tatanan sosial, demikian juga tatanan sosial mempengaruhi wacana.
IV. Pembahasan
1. Karakteristik Wacana Kritis dalam Wacana Stand up comedy Gamayel pada acara SUCI 6 Kompas Tv
Hasil transkrip wacana lisan Gamayel pada acara SUCI 6 kompas Tv, terdapat beberapa ujaran yang bisa ditemukan karakteristik analisis wacana kritis. Adapun ujaran-ujaran tersebut adalah sebagai berikut.
a. Tindakan
Ujaran yang menunjukkan tindakan atau action dalam wacana Gamayel pada acara SUCI 6 Kompas Tv terdapat dua ujaran, yakni ujaran pada data no 12 dan no 14.
(12) … ”Kamu kalau ndak mau makan ditangkap polisi. Apa coba hubungannya. Saya mau kasih tau ni ya, mana kamera kamera tolong dizoom tahi lalat saya ni. Ini ya saya kasih tau, orang tua di rumah jangan takutin anak anda dengan polisi, kami sudah bersusah payah untuk pencitraan, ya Allah”.
(Gamayel/Film tidak Mendidik/SUCI 6 show 6/)
(14) “Eeehh kalau kamu ngomong lagi ayah tampol ni, aahhh cowok kayak gitu yah, kalau sudah salah ngajak bubar, eh akhirnya main ringan tangan, enggak dewasa. Oooowwwww”.
(Gamayel/Film tidak Mendidik/SUCI 6 show 6/)
Ujaran pada data (12) dan (13) adalah karakteristik tindakan dalam AWK. Pada data (12) tindakan atau action yang dilakukan berasal dari Gamayel (penutur) sendiri akibat dari fenomena yang dialami. Penutur mengambil tindakan memperingatkan. Hal ini dapat dilihat dari penggunaan bahasa “saya mau kasih tau ni ya” dan “ini ya saya kasih tau”. Penutur memperingatkan orang tua untuk tidak lagi menakut-nakuti anak mereka dengan polisi. Karena polisi tidak ada hubungan dengan orang yang tidak mau makan.
Kemudian ungkapan pada data (13) juga termasuk tindakan atau aksi yang dilakukan oleh penutur (Gamayel). Penutur melakukan tindakan peringatan terhadap anaknya yang tidak bisa diberi perintah. Hal ini bisa dilihat dari ujaran “eehh kalau kamu ngomong lagi ayah tampol ni”. Sang penutur memberikan peringatan dengan mengancam akan menampol anaknya bila tidak mendengarkan perintah. Kata tampol mungkin akan bermakna negatif apabila penutur dan pendengar berusia setara. Namun dalam konteks orang tua dan anak, kata tampol bermakna bukan tampol sebenarnya, namun hanya sebuah peringatan.
b. Konteks
Ujaran yang menunjukkan berlakunya karakteristik AWK konteks dalam wacana Gamayel pada acara SUCI 6 Kompas Tv terdapat tiga ujaran, yakni ujaran pada data no 1, no 11 dan no 14.
(1) “Selamat malam balai sarbini mana surat-suratnya”.
(Gamayel/Kecelakaan Kok Ditonton/SUCI 6 Show 13)
(11) …. Semenjak saat ini, saya bercita-cita, pengen banget jadi yang diborgol. Tapi lain dulu lan sekarang, liat ni sekarang, uuaaa.. jadi neehh.. aaaa.. finalis suci 6.
(Gamayel/Film tidak Mendidik/SUCI 6 Show 6)
(14) “Eeehh kalau kamu ngomong lagi ayah tampol ni, aahhh cowok kayak gitu yah, kalau sudah salah ngajak bubar, eh akhirnya main ringan tangan, enggak dewasa. Oooowwwww”.
(Gamayel/Film tidak Mendidik/SUCI 6 show 6/)
Ujaran pada data (1) mungkin terlihat simple dan singkat. Namun dari ungkapan tersebut kita dapat mengetahui maksudnya. Ungkapan “mana surat-suratnya” bisa bermakna banyak, surat-surat untuk kontek pekerja kantor pos, atau surat-surat untuk konteks pekerja notaris, dan lain-lain. Namun penutur yang menggunakan atribut kepolisian dan mengungkapkan mana surat-suratnya, dapat dimaknai bahwa surat itu merujuk kepada surat yang berhubungan dengan kendaraan. Maka pada konteks penutur, surat-surat yang dimaksud adalah Surat Ijin Mengemudi (SIM) dan Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK).
Data ujaran (11) penutur memberikan konteks sebagai finalis pada acara yang sedang dia ikuti, yaitu acara SUCI 6. Pada dasarnya penutur bekerja sebagai anggota kepolisian Indonesia dan menggunakan atribut kepolisian pada saat berujar. Namun penutur mengingatkan kepada audience bahwa dia adalah finalis SUCI 6 bukan sebagai polisis pada saat itu. Hal ini dapat dilihat dari ujaran “Tapi lain dulu lan sekarang, liat ni sekarang, uuaaa.. jadi neehh.. aaaa.. finalis suci 6”. Mungkin pendengar akan berbeda penafsiran apabila penutur tidak memberikan penjelasan bahwa dia pada saat itu sebagai finalis SUCI 6.
Pada data ujaran (14) Sang penutur memberikan peringatan dengan mengancam akan menampol anaknya bila tidak mendengarkan perintah. “Eeehh kalau kamu ngomong lagi ayah tampol ni”. Kata tampol mungkin akan bermakna negatif apabila penutur dan pendengar berusia setara. Namun dalam konteks orang tua dan anak, kata tampol bermakna bukan tampol sebenarnya, namun hanya sebuah peringatan.
c. Historis
Wacana yang disampaikan oleh Gamayel pada acara SUCI 6 juga terdapat karakteristik wacana kritis historis. Ujaran yang mengandung historis terdapat pada data berikut.
(12) “masih ada aja orang yang takut sama polisi. Ini karena dulunya kita sering ditakut-takutin sama sosok polisi sama orang tua kita tu kan. Kamu kalau ndak mau makan ditangkap polisi. Apa coba hubungannya”.
(Gamayel/Film tidak Mendidik/SUCI 6 show 6/)
Ujaran pada data (12) mengandung nilai historis. Nilai historis yang muncul adalah akibat dari perlakuan pada masa lalu yang berakibat hingga pada saat ini, atau secara tidak kita sadari menjadi kebiasaan. Ujaran tersebut adalah “ini karena dulunya kita sering ditakut-takutin sama sosok polisi sama orang tua”. Jika kita ingat-ingat dan telusuri, kata-kata ini membuat kita takut kepada polisi pada masa itu. Walaupun hal ini tidak termasuk ke dalam suatu hal yang terbilang sangat historis, seperti peringatan hari-hari besar, namun ujaran ini bernilai historis pada masa itu dan terus terjadi hingga kini.
d. Kekuasaan atau Kekuatan
Ujaran yang menunjukkan karakteristik kekuasaan atau kekuatan pada wacana Gamayel dalam acara SUCI 6 adalah.
(12) …. “dan untuk anak-anak yang ada diseluruh dunia yang menyaksikan acara ini gak usah takut karena polisi gak akan nangkap anak kecil yang gak mau makan. Daripada kami nangkap anak kecil yang gak mau makan, mendingan kami nangkap koruptor yang makan uang rakyat”.
(Gamayel/Film tidak Mendidik/SUCI 6 show 6/)
Ujaran pada data (12) menunjukkan adanya kekuatan yang dimiliki oleh penutur, sehingga dia mampu mengungkapakan ujaran tersebut. “Daripada kami nangkap anak kecil yang gak mau makan, mendingan kami nangkap koruptor yang makan uang rakyat”. Adanya kekuatan yang dimiliki penutur yakni sebagai anggota kepolisian Indonesia yang bertindak sebagai penegak hukum di Indonesia, sehingga penutur bisa mengeeluarkan ungkapan seperti itu. Hal ini mungkin tidak akan bisa diungkapkan oleh penutur yang tidak memiliki background sebagai penegak hukum di negara Indonesia.
2. Klasifikasi Wacana berdasarkan Isi Wacana Stand up comedy Gamayel pada Acara SUCI 6 Kompas Tv
Wacana yang disampaikan oleh Gamayel dalam acara SUCI 6 Kompas Tv terdiri dari beberapa jenis wacana. Beberapa jenis wacana yang terdapat dalam wacana Gamayel adalah sebagai berikut.
a. Wacana Hukum
Wacana hukum yang terdapat dalam wacana Gamayel dalam acara SUCI 6 Kompas Tv dapat dilihat dari kutipan wacana berikut.
(6) “Indonesia suap menyuap parah banget. Saya pernah ngalamin. Jadi waktu saya pernah nangkep orang ngelanggar rambu, mas ini pelanggarannya lalu lintas, sampeyan nanti bisa bayar ke pengadilan atau ke bank BRI…”
(Gamayel/Kecelakaan Kok Ditonton/SUCI 6 Show 13)
Wacana hukum yang pada ujaran (6) adalah munculnya kata “nangkep orang ngelanggar rambu, mas ini pelanggarannya lalu lintas”. Hal ini berhubungan dengan hukum kepolisian Indonesia yang berhubungan dengan peraturan lalu lintas. Oleh karena itu, wacana ini termasuk ke dalam wacana hukum yang terdapat pada peraturan berlalu lintas di Indonesia.
b. Wacana Pendidikan
Wacana yang disampaikan oleh Gamayel dalam acara SUCI 6 Kompas Tv, juga terdapat wacana yang berhubungan dengan pendidikan. Terdapat dua ujaran yang berkaitan dengan wacana pendidikan. Yakni pada data (13) dan (14).
(13) “saya punya anak, anak saya umur 8 tahun namanya Anggun. Ini fotonya. Mirip kan sama cak lontong. Anak kecil itu adalah peniru yang ulung, dan anak saya seneng banget nonton Shawn the Sheep”.
(Gamayel/Film tidak Mendidik/SUCI 6 show 6/)
(14) “dan anak saya ini seneng banget main boneka. Ini jujur saya sebagai orang tua enggak seneng karena main boneka in enggak mengajarkan sesuatu yang tidak baik. Di saat di mana si anak akan berperan sebagai apa, mamaknya dan si boneka berperan sebagai anaknya. Ini bapaknya mana ini? ini kecil-kecil sudah menjadi janda”.
(Gamayel/Film tidak Mendidik/SUCI 6 show 6/)
Ujaran pada data (13) berkaitan dengan pendidikan, khususnya pendidikan anak. Ujaran yang berhubungan dengan pendidikan tersebut adalah “anak kecil itu adalah peniru yang ulung”. Ujaran ini menunjukkan bahwa guru, orang tua, keluarga, dan orang terdekat anak lainnya, harus memberikan perhatian dan pengawasan lebih ketika mendidik anak. Anak akan dengan sangat gampang meniru segala sesuatu yang dilihatnya. Anak-anak dengan segala penasarannya akan mengikuti apa yang diajarkan oleh orang sekitarnya. Oleh karena itu dalam mendidik anak, haruslah dididik dengan hal-hal yang positif, hindarilah hal-hal yang negatif.
Data (14) terdapat ujaran yang berhubungan dengan wacana pendidikan. Ujaran tersebut adalah “main boneka in enggak mengajarkan sesuatu yang tidak baik”. Gamayel (penutur) berpendapat bahwa main boneka bukan merupakan pendidikan yang baik untuk anak, tidak baik untuk perkembangannya. Penutur beralasan bahwa main boneka mengajarkan kepada anak untuk hidup sendiri tanpa ada pasangan. Namun tidak semua permainan boneka berdampak buruk, anak harus mendapatkan perhatian dan bimbingan orang tua dalam bermain.
c. Wacana Sosial
Pada wacana yang disampaikan oleh Gamayel dalam acara Kompas Tv terdapat dua ujaran yang berhubungan wacana sosial.
(2) salah satu sifat orang Indonesia itu penasaran, pengen tahu, makanya kalau ada kecelakaan itu malah ditontonin bukan malah ditolongin.
(Gamayel/Kecelakaan Kok Ditonton/SUCI 6 Show 13)
(7) salah satu sifat ni ya, orang Indonesia itu gitu. Suka mengkambing hitamkan orang untuk menutupi kesalahannya. Sama kayak lagu yang sati ini ni. Ini ada vidionya. (lagu: panji.. trauma sama polisi.. polisi.. polisiii.. numpang Tanya.. atas nama.. kebenaran)
(Gamayel/Kecelakaan Kok Ditonton/SUCI 6 Show 13)
Pada data (2) terdapat wacana yang berkaitan dengan sosial. Gamayel (penutur) menyebutkan “kalau ada kecelakaan itu malah ditontonin bukan malah ditolongin”. Ujaran ini berhubungan dengan masalah sosial yang memang sedang terjadi di Indonesia. Fenomena ini sangat sering terlihat ketika terjadi kecelakaan, kemudian kebanyakan orang mengambil foto selfi bersama korban. Ini merupakan masalah sosial yang terjadi kini, mengambil foto ketika orang dalam kesusahan dan membutuhkan bantuan.
Ujaran pada data (7) juga berhubungan dengan sosial, masalah sosial yang banyak terjadi di kalangan masyarakat. Ujaran tersebut adalah “suka mengkambing hitamkan orang untuk menutupi kesalahannya”. Sifat suka mencari kambing hitam adalah salah satu ciri orang yang tidak bertanggung jawab. Banyak orang mencari kambing hitam untuk masalahnya sehingga dia bisa lari dari kenyataan dan tanggung jawab.
V. Simpulan
Kehadiran acara stand up comedy di Indonesia menjadi salah satu alternatif hiburan bagi para penggemar komedi atau humor. Stand up comedy membawa genre baru dalam dunia komedi, sehingga para penonton tidak merasa monoton terhadap lawakan di Indonesia. Lawakan stand up comedy adalah sebuah lawakan yang terbilang cerdas. Terkadang isi materi berisi kritik dan sindiran terhadap permasalah dan fenomena yang terjadi di sekitarnya, yang terjadi melalui pengalamn pribadi komediannya maupun orang lain.
Acara Stand up comedy Indonesia (SUCI) yang disiarkan menjadi salah satu acara stand up comedy favorit di Indonesia. Acara ini telah banyak menghasilkan komik yang pintar dan cerdas dalam mengkritis fenomena yang sedang terjadi, dan juga memberikan saran. Salah satunya adalah Gamayel sebagai finalis SUCI 6. Gamayel adalah peserta yang berasal dari kepolisian yang mampu memberikan perspektif fenomena dari sudut pandang penegak hukum.
Melalui sebuah kajian dengan pendekatan analisis wacana kritis terhadap wacana yang disampaikan oleh Gamayel dalam acara SUCI 6 terdapat banyak jenis wacana yang disampaikannya. Yaitu wacana hukum, wacana pendidikan, dan wacana sosial. Dalam wacana yang disampaikannya juga terdapat beberapa karakteristik wacana kritis, seperti tindakan, konteks, historis, dan kekuasaan atau kekuatan.
Daftar Pustaka
Darma, Yoce, A. (2009). Analisis wacana kritis. Bandung: Yrama Widya.
Djajasudarma, Fatimah. (1994). Wacana: pemahaman dan hubungan antarunsur. Bandung: Eresco.
Eriyanto. (2001). Analisis wacana, pengantar analisis teks media. Yogyakarta: LKIS.
Fairclough, Norman. (1989). Language and power. New York: Addison Wesley
Longman.
Fauzan, Umar. (2014). Analisis wacana kritis dari model Fairclough hingga Mills. STAIN Samarinda. Jurnal PENDIDIK pada 2014 Vol. 6 No. 1.
Http://Wikipedia.org
Jones, Rodney H. (2012). Discourse analysis: a resource book for students. New York: Routledge Taylor and Francis Group.
Mulyana. (2005). Kajian wacana: teori, metode, dan aplikasi prinsip-prinsip analisis wacana. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Schiffrin, Deborah. (1994). Approach to discourse. Blackwell: Oxford.
Stubbs, Michael. (1983). Discourse analysis: the sociolinguistic, analysis of natural language. Blacwell: Oxford.
Papana, Ramon. (2012). Kiat tahap awal belajar stand up comedy indonesia: Kitab suci. Jakarta:PT Trans Media.
Sjobohm, Juan. (2008). Stand up comedy around the world. School of Art and Communication, Malmo Unoversity, Sweden.
Van Dijk T A. All Articles (1977-2012) in htttp://www.discourses.org, Accessed 5th January 2017.